From theholders.org
Translated by Admin
Di kota manapun, di negara manapun, pergilah ke
institusi mental atau rumah penampungan yang bisa kau datangi. Saat kau
mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang memanggil dirinya
“Sang Penjaga Siksaan” [The Holder Of
Agony]
Resepsionis itu akan membulatkan mata terkejut, seolah
dia tidak mengerti mengapa kau ingin menemui orang tersebut Mereka akan
menggerutu sebentar, namun ekspresi wajah mereka akan segera berubah merenung
dan cemberut. Kemudian gelagat mereka akan berubah menjadi menggigil ketakutan,
berbalik, dan menolak.
Kau harus bertanya lagi, dan terus bertanya dengan
suara yang tenang dan lembut, bahkan jika mereka mulai terisak atau berteriak. Jika
permintaanmu pada akhirnya dituruti, kau akan dituntun ke sebuah ruangan tanpa
nomor di salah satu lorong.
Si pegawai akan membuka pintunya untukmu. Begitu kau
berjalan untuk memasuki ruangan gelap tersebut, mereka akan melancarkan
tendangan keras ke punggungmu, menghempaskanmu kasar ke dalam ruangan. Kemudian
pintu yang ada di belakangmu akan dibanting dan kau ditinggal pergi.
Di ruangan itu, kau akan mencium bau tisu sanitasi
alkohol dan darah. Baunya akan bercampur aduk secara bersamaan dan tidak jarang
membuat orang pusing.
Kau yang tidak bisa melihat apa-apa karena gelap pada
akhirnya harus menunggu. Entah menunggu berapa lama, yang jelas jika
penantianmu berakhir, ruangan tempatmu masuk tadi akan terbuka kembali.
Seseorang berjubah akan ikut masuk ke ruangan bersamamu dan menutup kembali
pintnya. Dan, karena ruangan kembali ditutup maka gelap akan kembali
disekitarmu.
Gelap disekitarmu mungkin akan mulai membuatmu tidak
nyaman, entah karena mungkin kau tau sekarang kau tidak sendirian di ruangan itu.
Meskipun begitu, orang berjubah itu tidak menimbulkan
suara saat bergerak. Yang kau tau selanjutnya, hanyalah tatkala tangan busuknya
sudah menyentuh kulitmu dan bola mata merahnya berada 10 centimeter di depanmu.
Ditengah cengkramannya yang kasar, dia akan bersuara “Aku mengenalmu”
Suaranya akan bergaung ke sekujur tubuhmu, dan kau
akan mengalami segala jenis ketidaknyamanan – gelisah, takut, bahkan sulit
bernafas. Kakimu juga akan terasa lemas dan kau kesulitan untuk menggerakan
tubuhmu.
Tetaplah diam. Jangan membuat suara apapun. Jika kau
sudah dapat mengontrol diri, bertanyalah: “Mengapa
mereka kesakitan?”
Makhluk itu akan membalas dalam nada suara yang
membuat perutmu mual, “Aku akan menahanmu
di sini selamanya, dan setiap malam, aku akan memutilasimu, memperkosamu, dan
membunuhmu.”
Tidak sempat berpikir. Sosok berjubah itu akan
menusukmu bertubi-tubi menggunakan belati ditempatmu berdiri. Rasanya akan
sangat sakit dan kau akan tau kalau tubuhmu mulai dibanjiri darah. Meskipun begitu,
kesadaranmu tidak akan menghilang.
Tidak peduli dengan sakitmu, suara itu akan berlanjut.
“Aku akan membunuh semua orang yang kau
cintai, dan membuat mereka melihat wajahmu sebagai pembunuhnya. Aku akan
menghancurkan semua hal yang menurutmu indah. Aku akan memelintir batinmu
sampai kau sekejam dan sesesat kami.”
Makhluk itu tidak akan berhenti, bahkan saat rasa
sakit yang berasal dari belati di usumu mulai merambat ke seluruh sarafmu. Rasa
sakitnya akan menghentikan fungsi paru-parumu dan mungkin saja jantungmu, namun
tetap saja, kau tidak dibiarkan mati.
Lebih banyak tusukan akan menembus badanmu. di tempat
yang sulit dijangkau, di tempat yang mustahil. Sementara si sosok masih tetap
saja meneriakkan sumpah serapah kepadamu.
Disela penderitaanmu, kematian mungkin akan terlihat
menghampiri. Dan di satu titik mungkin kematian lebih menggoda dibanding terus
menerima siksaan darinya. Namun cobalah menahan diri, paksakan dirimu untuk
terus terjaga dan jangan sampai kehilangan kesadaran. Pasalnya, hal yang
menunggumu setelah hilang kesadaran bukanlah kematian. Tapi hal yang lebih
buruk.
Kau harus mendengarkan suaranya dengan baik, karena
akhirnya, ia akan mengatakan satu dari dua hal.
Jika sosok itu mengatakan, “Kemuliaan ini diperuntukan pada mereka yang telah membuktikan diri
mereka,” maka riwayatmu memang sudah berakhir. Penderitaan abadimu akan jadi sangat
sangat mengerikan sehingga setiap orang di Bumi yang pernah melihat wajahmu
atau mendengar namamu akan bermimpi buruk tentang siksaanmu bahkan setelah
mereka mencapai akhirat sekalipun.
Jika sosok itu berkata, “Seluruh hidup dan keberadaanmu tidak tersentuh siksaan ini,” kau
harus menjawab, dengan cepat dan percaya diri, “Penderitaan ada di dalam diri kita semua sampai penderitaan tersebut
berhenti menyakiti.”
Jawab dengan cepat. Karena setiap detik diammu, si
sosok akan terus mencabik-cabik tubuhmu. Lebih buruk, jika kau tidak mampu
menjawab. Maka siksaan yang barusaja kau terima hanyalah ibarat gelitikan bulu
dibanding apa yang akan terjadi setelahnya.
Jika kau membalas dengan benar, segalanya akan
berhenti – rasa sakitnya, teriakan
gilanya – dan kau akan merasakan sosok yang menikammu tadi, berangsur-angsur
menghilang. Hanya jubahnya saja yang tersisa.
Singkirkan jubahnya dan kau akan menemukan sebuah
kantung kulit. Di dalam kantung kulit itu akan terdapat tumpukan debu yang aneh.
Debu itu
adalah objek ke-65 dari 538.
Sebaiknya jangan kau buka kantungnya. Pasalnya, debu itu membawa sebuah wabah yang menular. Wabah yang tidak menyerang fisik, melainkan menyerang batin. Jika pandemi akibat debu ini terjadi di bumi, bahkan suasana neraka pun tidak bisa dibandingkan degan bumi setelahnya.
Tag : Cerita
Horor, The Holder, Creepypasta
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Chapter 65 : Holder Of Agony"
Post a Comment