From theholders.org
Translated by Admin
Sebuah diary
Lusuh ditemukan di halaman depan sebuah institusi mental/rumah penampungan yang
berada di sebuah negara dan daerah yang namanya tidak disebutkan.
Buku tersebut kotor dan sebagian halamannya rusak.
Namun tulisan yang ada di dalamnya dipercayai berhubungan dengan sosok yang
disebut “Sang Penguasa Sudut Pandang” [The
Holder Of Perspective]
Berikut adalah isi dari Buku Diary tersebut :
# Lembar Pertama #
Hari XXX Tanggal XXX Tahun
XXX (Terdapat Noda di bagian ini, jadi tanggal ditulis tidak diketahui)
Beberapa waktu lalu, aku mengunjungi sebuah institusi
mental untuk mencari seorang yang menyebut dirinya “Sang penguasa sudut pandang”
Aku ingat setelah aku mengatakan itu, resepsionis
mengangguk pelan kepadaku dan mengantarku ke sebuah pintu ganda yang dirantai.
Pintu itu sangat jelas di ingatanku dan merupakan sebuah pintu yang terlihat
‘salah tempat’ karena sangat kontras dengan arsitektur institusi.
Meskipun begitu, di dalamnya lebih aneh lagi karena
aku melihat sebuah tangga yang menjulang tinggi bahkan tingginya melebihi
bangunan paling tinggi dari institusi itu sendiri.
Kupikir kala itu aku sudah gila. Oke, sebenarnya apa
yang terjadi. Aku disini untuk membuktikan sebuah rumor di internet dan
ternyata apa yang aku lihat benar-benar jauh harapanku. Aku awalnya mau
berbalik dan pulang, namun resepsionis yang mengantarku buru-buru mengunci
pintunya dan meninggalkanku sendiri.
Karena aku tidak bisa kemana-mana, aku pun pada
akhirnya memutuskan untuk naik.
Memberi makan rasa penasaranku, aku pun naik dan
sesuatu yang lebih aneh terjadi. Di kepalaku, aku mulai melihat ‘mimpi’ tentang
rangkaian bencana-bencana mengerikan.
Kehancuran Pompeii, Black Death, Holocaust bahkan 9-11, semua sangat jelas seakan aku ada disana
saat hal itu terjadi, Secara spesifik, aku merasa seperti aku lah yang
mengalami hal tersebut. Bahkan di mimpi-mimpi itu, aku mendengar ada yang
membisikkan secara rinci berapa jumlah korban yang jatuh.
Itu adalah sebuah mimpi buruk namun aku seakan hampir
gila dibuatnya. Bahkan tanpa sadar, kakiku sudah mencapai puncak tangga tatkala
mimpi-mimpi itu berakhir.
Aku yang takut sebenarnya berniat turun saja. Namun
saat aku berbalik, tangga yang kunaiki sudah hilang dan menyisakan lubang
kosong dengan dasar yang gelap gulita.
Meskipun begitu, puncak tangga yang aku datangi
terdapat sebuah tembok marmer. Tembok marmer itu memiliki beberapa jendela kaca
tipis yang berbentuk seperti mata. Aku kebingungan dan panik, aku tidak tau
harus kemana karena aku kala itu sedang dihampit oleh sebuah tembok dan kehampaan tanpa dasar.
Namun karena aku penasaran, aku memutuskan untuk
mengintip melalui jendela berbentuk mata itu dan memastikan aku sedang ada
dimana.
Namun sial sekali. Ternyata keputusanku adalah
keputusan bodoh. Pasalnya sedetik setelah aku melongok melihat jendela itu, aku
merasakan nyawaku berpindah dan kesadaranku sudah tidak menempati tubuhku lagi.
Aku tidak tau apakah itu ilusi atau bukan, namun aku
seakan masuk ke dalam tubuh milik seorang pria tua yang tengah berada di sebuah
ruangan. Pria tua itu nampaknya tau kalau diriku ada di dalam dirinya. Pasalnya
dia kini sedang menulis sesuatu di atas kertas.
Namun perasaan ini sangat aneh. Meskipun aku ada di dalam
tubuhnya, dan aku bisa melihat melalui matanya, tetapi aku sama sekali tidak
memiliki kuasa atas tubuhnya.
Dia kemudian mulai berbicara sendiri ditengah
kegiatannya menulis. Aku dapat mendengar segala ucapannya karena aku kini
sedang berbagi tubuh dengannya. Namun cerita-cerita itu adalah cerita-cerita
yang sangat mengerikan. Cerita itu mengulas kembali kengerian kengerian mimpi
yang aku lihat tatkala menaiki tangga beberapa saat lalu. Namun kali ini dengan
sudut pandang Iblis.
Bagaimana mereka tertawa bahagia dan berpesta pora
tatkala bencana-bencana itu terjadi.
Semakin aku mendengarnya, aku semakin terlelap dengan
ceritanya. Semakin mengerikan ceritanya, semakin membuatku lupa dengan
keberadaanku sendiri.
Tunggu, Namaku siapa? James?
James siapa?
Siapa nama belakangku?
# Lembar
Kedua # (Lembar Ini ditulis dengan tinta merah)
Hanya itulah ingatan terakhir James yang
bisa kuberikan. Dia sudah ku klaim
karena mentalnya yang lemah dalam mendengar kebenaran.
Jika kau
masih ingin obyek yang aku jaga, terimalah kebenaran dan aku akan memberikannya
padamu.
[Kalimat
berbahasa tidak diketahui]
Mata kacaku
adalah objek ke-26 dari 538.
Aku masih menunggu seseorang yang mampu melihat dunia dengan perspektif yang berbeda.
Untuk Catatan Admin Silahkan baca disini.
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Chapter 26 : The Holder Of Perspective"
Post a Comment