From theholders.org
Translated by Admin
Di Kota manapun, Di negara manapun, pergilah ke institusi
mental atau rumah penampungan yang bisa kau datangi. Lihatlah ke langit-langit
dengan ekspresi bosan saat kau berjalan ke meja resepsionis, dan dengan suara
yang terdengar dingin dan acuh tak acuh mintalah untuk bertemu “Sang Penguasa
Kedamaian” [The Holder Of Peace]
Si pegawai akan melonjak takut, dan memintamu untuk
bebicara lebih pelan. Jangan dengarkan dia. Bahkan, jika bisa, berbicaralah
lebih keras. Karena suaramu adalah satu-satunya hal yang menahan sosok di balik
resepsionis itu untuk menyerang.
Tambahkan amarah dalam suaramu. ia akan menunjuk
dengan takut ke sebuah lorong yang ada di sebelah kanan, yang tadinya tidak ada
di sana. Kemudian dia akan meringkuk dan bersembunyi dibawah meja.
Segera berbalik dan melangkah dengan marah menuju
lorong. Jangan menoleh ke pegawai itu lagi karena mungkin tubuhnya kini sudah
dikuasai oleh sosok yang lain.
Berjalanlah di lorong sampai kau menemukan sebuah
pintu dengan desain ukiran daerah. Bukalah pintu dan hilangkanlah ekspresi
marahmu jika masih ada. Kau akan memasuki tempat yang; Kemarahan = Mati.
Dengan wajah santai dan rileks, masuklah. Kau akan
mendapati dirimu berada di sebuah kuil berudara terbuka yang indah, dengan
tanaman rambat melingkari pilar-pilar marmer dan mozaik-mozaik indah yang
menghiasi dinding. Pintu akan tertutup di belakangmu. Jangan mencoba
membukanya, karena pintu itu tak akan pernah terbuka.
Berkelilinglah. Akan banyak berlalu-lalang biksu-biksu
berbaju coklat yang sangat ramah. Kau boleh sesekali menyapa dan berbicara
dengan mereka. Tidak peduli bahasa yang apapun yang kau gunakan, para biksu itu
pasti mengerti.
Biksu-biksu itu sangat santun dan semuanya akan dengan
senang hati bercakap-cakap, namun jangan kau berlama-lama berbicara dengan
mereka, bahkan sampai lupa tujuanmu kemari.
Beritahu mereka bahwa kau harus berbicara dengan Biksu
Kepala.
Jika kau sudah memberitahu tujuanmu, kau akan
diarahkan ke seorang pria yang sedang bermain catur. Kau akan tau kalau dia
adalah pimpinan di tempat ini. Jubahnya berwarna lebih terang dari yang lain
dan dia memiliki senyum paling ramah yang pernah kau lihat.
Lawan pria itu bermain adalah sosok bertudung yang
mengenakan baju besi. Jangan tergoda untuk bicara pada sosok bertudung itu. Dia
tidak akan memberimu hal lain selain kematian.
Permainan mereka nampaknya sudah mendekati akhir. Satu
langkah lagi dan Skakmat untuk kemenangan sang Biksu Kepala.
Sebelum mereka menyelesaikan permainan mereka, Membungkuk,
dan bertanyalah dengan ramah kepasa sang Biksu kepala, “Kenapa para Obyek dikumpulkan, Biksu?”
Ia akan membuka mulutnya seolah hendak berbicara.
Namun sosok di seberangnya akan meraung marah dengan jahat dan menghunuskan
pedang. Pedang itu ditempa dengan indah, namun sepertinya entah bagaimana ternodai
oleh kekejian yang tidak terpikirkan.
Dengan sebuah seruan, sosok itu akan menendangmu dan
mulai membantai biksu-biksu lain secara berurutan seperti orang sinting. Mereka mencoba melawan balik,
namun mereka hanya punya tongkat, dan pedang yang digunakan sosok sinting itu
sangat tajam bahkan pedang itu menyayat pilar-pilar penyangga bangunan seperti
pisau mengiris mentega.
Saat kau menonton hal ini, Biksu Kepala akan menyelesaikan
langkah caturnya dan melakukan Skakmat.
Kemudian kau akan melihat pria berbaju besi itu akan menerjangmu dengan
pedangnya dan berhenti satu inchi tepat di depan lehermu.
Jika kau tidak sopan atau melakukan suatu kesalahan,
kau akan dicincang sampai ke bagian terkecil oleh bilah pedang itu, dan rasa
sakitnya tak akan pernah berhenti. Tapi, jika kau sopan, Biksu Kepala akan beranjak
mendekatimu, dan menjejalkan bidak raja hitam ke dalam mata kanan si pria
berbaju besi.
Jangan bersimpati atau merespon saat pria berbaju besi
roboh ke tanah dan menjerit pilu, atau Biksu Kepala akan berputar dan melakukan
hal yang sama padamu dengan bidak raja putihnya.
Setelah selesai, Biksu Kepala itu kemudian akan
kembali duduk di kursinya.
Ia akan memberitahumu kenapa para obyek dikumpulkan.
Itu adalah sebuah cerita yang panjang, penuh dengan pertumpahan darah dan
kengerian yang mungkin akan menampar batinmu.
Namun jika kau mendengar ceritanya sampai akhir, ia
akan merogoh ke bawah meja papan catur tadi, dan memberikanmu sebuah sarung pedang
yang berlapis emas dan berhias permata. Meski kau belum pernah melihat benda
itu sebelumnya, kau secara naluriah akan tahu bahwa sarung pedang itu cocok
dengan pedang yang digunakan pria berbaju besi tadi.
Jangan ragu, dan terimalah. Kemudian ambil pedang pria
berbaju besi, bersihkan, dan sarungkan. Dua benda itu adalah satu kesatuan.
Setelah menerima benda itu, kau dipersilahkan pergi.
Namun mengiringi kepergianmu, Biksu kepala itu akan menunjuk ke mayat pria
berbaju besi untuk terakhir kali dan berucap : “Pembunuh raja.” Itu adalah pesan terakhirnya kepadamu. Kau mungkin
akan melihat wajah tampan dari mayat pria berbaju besi, namun kau akan
menyadari bidak raja hitam yang tertancap di matanya hilang entah kemana.
Kemudian sebuah kilasan cahaya akan membutakanmu, dan
saat penglihatanmu kembali kau akan berdiri jalan raya tepat dua blok dari
institusi mental. Oops. Menyingkirlah dari tengah jalan, kau tidak mau dirimu
tertabrak mobil.
Pedang itu
adalah Obyek ke-45 dari 538
Pedang itu dahulunya adalah milik Si Raja Putih sebelum dibunuh oleh Si Raja Hitam. Si Raja Hitam Lari dari tempat pembunuhan dan Pedang Si Raja Putih sangat haus akan balas dendam*
Catatan
Admin : Oke, admin bagi sedikit opini
admin tentang cerita yang ini. Kita bandingkan Quotesnya, karena ini akan menjadi petunjuk penting.
Update : Catatan tambahan ini dibuat setelah admin mentranslate lebih banyak cerita dari universe The Holder. Alasan kenapa penjelasan (lama) diatas admin coret, karena setelah menjelajah lebih jauh, analisis tersebut terbukti salah (meskipun, admin menolak untuk menghapus analisa diatas karena beberapa poin admin, masih bisa digunakan untuk pertimbangan dan informasi. Yah, hanya coret aja)
Silahkan baca cerita The Legendary of The Black King's Sword untuk menemukan penjelasan kenapa Biksu Kepala berucap "Pembunuh Raja".
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Jadi itu pedang harus di pegang hati-hati, nanti malah dia mati sendiri gara gara pedang nya?
ReplyDeleteYaps benar. Jadi si pedang itu diceritakan ingin balas dendam kepada sang seeker atau "kau" Yang sekarang membawa pedangnya
Delete