Pada Abad ke 17, di pantai Madagaskar, pernah ada sebuah
koloni demokratis yang terdiri dari para bajak laut. Selama sekitar 20 tahun,
mereka membuat negara ‘Makmur’ yang menjadi rumah bagi para bajak laut untuk
pulang dari melaut.
Meskipun Bajak laut dikenal saling bermusuhan, namun secara
mengejutkan para koloni ini hidup bersama dalam damai dan harmoni. Mereka
membiayai koloni mereka dengan rampasan yang dicuri dari kapal-kapal yang
melintasi Samudra Hindia. Ibarat legenda, Koloni ini tidak mempunyai catatan
sejarah yang cukup untuk membuktikan keberadaannya, namun bagi mereka yang mengetahui
kisahnya, Tempat koloni ini mereka sebut sebagai Negara Bajak Laut, Libertalia.
Jika kisah diatas
terlalu bagus untuk jadi nyata. Mungkin admin harus menjelaskan sumbernya dulu.
Sumber utama tentang keberadaan Negara bajak Laut tersebut, berasal dari Edisi
ke 2 buku karya seorang bernama Captain
Charles Johnson. Buku itu berjudul : “General
History of the Robberies and Murders of the Most Notorious Pirates” (Sejarah Umum Perampokan dan Pembunuhan Para
Bajak Laut Paling Terkenal) Yang diterbitkan pada tahun 1726.
Catatan Keberadaan Libertalia
Perlu digaris bawahi bahwa identitas asli dari Captain Charles
Johnson benar-benar misterius. Tidak ada catatan publik yang bisa menjelaskan
siapa Captain Charles Johnson sebenarnya. Meskipun begitu, buku yang admin maksud diatas benar-benar ada dan
beredar di masyarakat.
Banyak peneliti sejarah percaya bahwa Captain Charles Johnson
sebenarnya adalah nama samaran untuk penulis dan aktivis politik Daniel Defoe. Namun
tentu saja hal tersebut hanyalah spekulasi.
Meskipun begitu, buku yang ditulis Captain Charles Johnson
terbukti didasari pada kebenaran sejarah, sehingga ada kemungkinan bahwa Libertalia,
atau tempat-tempat seperti itu, memang benar-benar ada.
Penjelasan tentang Libertalia
Kisah James Misson
Penjelasan dari Charles Johnson atas Libertalia dimulai
dengan menceritakan pendiri koloni tersebut. Pendirinya adalah seorang kapten
bernama James Misson. Dia
diceritakan sebagai seorang yang tampan dan berkarisma.
James Misson dilahirkan di Provence, Prancis dari keluarga
saudagar kaya. Saudagar tersebut memilik banyak anak dan James adalah satu dari
sekian anak tersebut.
Petualangannya di laut dimulai tatkala dia bergabung menjadi
Anak Buah Kapal (ABK) di kapal bernama Victoire.
Sebuah kapal penjaga yang berada dibawah naungan Kekaisaran Perancis.
Dalam perjalanannya melaut, dia dipertemukan dengan seorang Pendeta
muda asal Dominika yang bernama Caraccioli.
Dia adalah seorang pendeta yang memiliki pemikiran luas yang diceritakan akan
menjadi ‘teman dekat James Mission di masa mendatang.
Caraccioli adalah seorang yang memiliki pandangan unik
tentang kehidupan. Dia percaya bahwa Organisasi Keagamaan’ merupakan sebuah
metode yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat saja. Dia percaya bahwa
agama yang sejati adalah agama yang tidak dikekang oleh sistem dimana koneksi
dari manusia ke Tuhan harus langsung tanpa perantara.
James Misson yang menganggap bahwa pandangan Caraccioli itu
benar, mengadopsi pemikirannya dan mulai mematri pemahaman bahwa agama yang
dianut masyarakat memang tidak lebih dari mengekang pikiran orang yang lebih
lemah. Para pendeta berpakaian mewah dan ritual-ritual bergelimang materi yang
mereka lakukan tidak lebih dan tidak bukan hanyalah upaya untuk mencari dan
mengkontrol sistem kehidupan jemaatnya.
Caraccioli juga
percaya bahwa perbudakan pada dasarnya salah dan semua manusia dilahirkan bebas
dan setara di mata Tuhan (Pada masa itu, perbudakan memang masih sering terjadi,
terutama pada ras kulit hitam)
Singkat cerita, ajaran yang dikemukakan oleh Caraccioli itu
mulai populer di kalangan ABK kapal Victoire. Ajarannya yang terbuka memang
diterima oleh logika para ABK di kapal tersebut. Karena banyak kru kapal yang
takjub dengan ajaran itu, mereka pun mengkonversikan ajarannya sebagai sebuah
motivasi untuk pemberontakan.
Ketika kapten kapal terbunuh dalam pertempuran di laut, James
Misson pun diproklamasikan sebagai pemimpin baru Victoire. Dalam pidatonya yang
meriah, Caraccioli dan Misson meyakinkan para kru Victoire (yang terdiri dari
campuran orang-orang Prancis, Belanda, Inggris, bahka Afrika) untuk membuang titel resmi mereka sebagai pelayan
kekaisaran Perancis dan mengucapkan sumpah untuk menjadi ‘Bajak Laut Tanpa
negara’ untuk bersama-sama mencapai tujuan baru :
“Meskipun kita adalah
bajak laut! Namun kita bukanlah bajak laut tanpa moral dan tanpa prinsip! Bajak
laut! Kita akan mengambil nama mereka namun akan kita warnai dengan warna kita
sendiri! Warna kita adalah warna pemberani, rendah hati, mulia dan merdeka!”
Tujuan baru itu kemudian disambut oleh sorakan para kru
dengan kalimat,
"Liberty! Kebebasan! Kita adalah orang bebas! Vive, Kapten Misson yang pemberani dan Letnan
Caraccioli yang mulia. ”
Perjalanan mereka pun dimulai. Dengan idealisme baru, Mereka
lantas berlayar ke pantai selatan Afrika. Dalam petualangan baru itu, mereka
menyerang kapal budak dan kapal-kapal pedagang monopoli. Mereka pun membebaskan
para budak itu dan bilang kepada mereka bahwa “kalian adalah orang bebas”.
Kapten Misson pun menawarkan kepada mereka untuk bergabung dengan Kru namun
tentu saja dengan kehendak sendiri. Jika para budak itu tidak mau, maka akan
dilepaskan.
Idealisme bajak laut
tanpa negara ini juga sangat mentolerir pengampunan. Kru dari Kapal-kapal
yang mereka serang hanya akan mereka bunuh apabila kru tersebut melakukan
perlawanan. Jika tidak, maka mereka akan dibebaskan. Hal ini karena baik Kapten
Misson maupun Caraccioli tidak terlalu fans
dengan hukuman mati atau penyiksaan (kecuali dalam kasus-kasus ekstrem)
Petualangan berlanjut
Membawa banyak barang rampasan hasil pertempuran (yang dibagi
rata kepada para kru), mereka pun melanjutkan perjalanan ke pulau Johanna (sekarang
disebut pulau Anjouan), di Kepulauan Komoro. Mereka singgah beberapa waktu di
pulau tersebut.
Di tempat itu, mereka
menawarkan jasa mereka kepada Ratu Halina (penguasa pulau tersebut), dan
berjuang disisinya untuknya melawan saudara lelakinya sendiri, yang telah
memberontak dan hendak mengambil alih tahtanya. Pertempuran itu dimenangkan
oleh Ratu Halina dan kru bajak laut kapten Misson.
Tatkala mereka memutuskan untuk berlayar kembali, kru pun
berkurang. Pasalnya beberapa lelaki memutuskan untuk menikahi perempuan lokal
dan tinggal di Pulau Johanna, sementara sisanya mengikuti Kapten Misson dan
Caraccioli ke pantai utara Madagaskar, untuk mencari pangkalan tetap bagi kapal
mereka. Dalam pencarian itu, mereka menemukan tempat ideal di teluk sebelah utara
Diego-Suarez (sekarang Antsiranana).
Tanah Subur Libertalia
Saat mengecek tempat ideal itu.Mereka melihat sebuah daratan
yang lebar dan sangat pas digunakan untuk kapal berlabuh. Karena tertarik
dengan tempatnya, para kru pun mengecek daratan dan meneliti sifat tanahnya.
Tanah itu subur dan udara disana sangat sejuk. Disana juga
terdapa beberapa titik mata air yang dapat diminum.
Kapten Misson, yang sudah kepincut
dengan tempat itu pun bilang kepada kru nya bahwa tempat itu sangat cocok untuk
berwisata dan dia bertekad ingin membangun kota disitu. Dia berniat
membentenginya dan membangun dermaga agar kapal-kapal dagang bisa berlabuh.
Pokoknya, dia ingin menjadikan tempat itu sebagai kampung halaman dan kalau
bisa, sebuah pemukiman yang bisa digunakan oleh mereka ‘pulang’ dari melaut.
Meskipun begitu, dia tidak akan
melakukannya semisal seluruh kru tidak menyetujui ide itu.
Para kru pun setuju.
Dalam masa perkembangan pemukiman itu, mereka menamai tempat
itu sebagai Libertalia. Mereka melepaskan kewarganegaraan lama mereka dan
menyebut diri mereka “Liberi” Mereka mulai merancang bahasa mereka sendiri (campuran
dari berbagai bahasa asli mereka dan dialek lokal)
Pembangunan Koloni Libertalia
Lama waktu berlalu dan mereka pun mulai membangun rumah-rumah
dan perkebunan. Para kru yang dulu tinggal di pulau Johanna pun mendengar kabar
bahwa kapten mereka membangun kota dan mereka memutuskan untuk membawa istri-istri
untuk tinggal di tanah Libertalia.
Dalam rentang waktu ini, mereka sedang dalam masa sibuk
membangun. Jadi Kapten Misson dan Caraccioli beserta para kru mereka sedang
dalam masa ‘vakum’ menjadi bajak laut.
Hingga pada suatu hari, daratan mereka didatangi oleh orang
inggris yang sangat menyeramkan. Orang itu naik kapal besar dan membawa banyak
sekali ABK dan kemudian mendarat di pelabuhan Libertalia. Orang itu adalah Kapten Thomas Tew, prajurit ratu
inggris yang membelot dan memutuskan untuk menjadi bajak laut.
Kapten Thomas Tew yang takjub dengan daratan Libertalia pun
melakukan perbincangan dengan Kapten Misson. Inilah awal terbentuknya aliansi
Bajak laut Tew dan Misson.
Kapten Tew yang juga memutuskan untuk menjadikan Libertalia
sebagai kampung halaman, pada akhirnya membantu membangun koloni dengan para
kru nya. Ketika koloni itu semakin berkembang, beberapa orang pergi bersama
Kapten Tew dan terus memburu pedagang monopoli
dan kapal budak di Samudra Hindia. Sementara para Liberi mulai menjalani kehidupan di Libertalia.
Caraccioli (atas restu Misson dan Tew) juga diangkat menjadi
kapten dan diberikan kewenangan untuk melaut dengan kapal sendiri. Hal ini
menjadikan kepempimpinan Libetalia berada di bawah komando aliansi Tiga kapten,
yaitu Kapten Misson, Kapten Tew dan Kapten Caraccioli.
Perkembangan Libertalia
Dalam beberapa tahun saja, Libertalia sudah berkembang sangat
pesat. Para koloni itu telah membersihkan tanah dan merubahnya menjadi
perkebunan. Mereka juga merubah padang rumput hijau menjadi peternakan yang
memiliki lebih dari 300 ekor sapi hitam. Pembangunan dermaga pun telah selesai
dan sudah digunakan.
Kapal milik Kapten Misson, Victoire yang bertambah tua, pun
dibongkar dan diperbaiki menjadi kapal yang lebih baik. Kehidupan para Liberi
berjalan secara komunal, dengan setiap orang berbagi beban pekerjaan dan
rampasan laut.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, ketegangan terjadi
antara pasukan Tew dan Misson. Ketegangan ini terjadi karena perbedaan pendapat
yang kemudian mengarah ke usul untuk
membentuk sistem pemerintahan terstruktur.
Sistem pemerintahan itu adalah sistem republik yang mana setiap
beberapa tahun sekali akan diadakan voting untuk memilih pemimpin antara Tew,
Misson dan Caraccioli. jadi, setiap beberapa tahun sekali, akan terjadi estafet
kepemimpinan secara adil. Para kru pun dipersilahkan untuk membuat dewan
perwakilan yang terdiri dari 10 orang dan diperintahkan untuk membuat
undang-undang bajak laut demi mengatur masyarakat Libertalia. Ide ini disetujui
oleh semua pihak.
Caraccioli menambahkan "berbicara
tentang perlunya memilih pemimpin, maka pemimpin yang dipilih harus paham dalam
melakukan tindakan yang bermanfaat dan berbudi luhur. Serta dalam perannya menghukum
yang jahat, dia harus taat dengan Hukum yang dibuat negara (Libertalia)."
Pemilihan pemimpin yang dimaksud terlaksana tiga tahun sekali.
Dan karena Caraccioli paham dan sudah mengenal Misson dibanding Tew, dia pun
mengedepankan Misson untuk menjadi pemimpin Libertalia. Pada akhirnya, James
Misson menjadi pemimpin pertama Libertalia yang sah secara Hukum.
Keruntuhan Libertalia
Sayangnya, gaya pemerintahan baru ini tidak bertahan lama.
Ketika Kapten Tew sedang berada di laut,
koloni Libertalia terlibat konflik perbatasan dengan penduduk asli dan berakhir
diserang. Hal ini mengakibatkan kekalahan yang cukup besar dari para Liberi.
Caraccioli terbunuh bersama para Liberi lainnya. Kapten Misson
yang berhasil melarikan diri membawa setidaknya 40 orang yang selamat beserta
harta rampasan dan kabur ke laut.
Tatkala dia bertemu dengan Tew, Misson menjelaskan bahwa Libertalia
sudah runtuh. Dan koloni itu sudah dihabisi. Tew yang mendengarnya mencoba
meyakinkan Misson untuk pergi ke Amerika dan membangun koloni yang baru di
sana. Sayangnya, Misson menolak. Dia sudah tidak punya nafsu untuk bangkit
lagi, menyadari segenap bayangan masa depan dari pemukiman impiannya sudah
hangus. Apa gunanya berjuang, jika
sesuatu yang tidak bisa kau antisipasi menghancurkannya?
Kapten James Misson kembali melaut dengan peneysalan dan
ratapan, mengenang kawannya yang memberinya prinsip sudah mati bersama dengan ‘kampung
halaman’nya yang sudah tidak ada lagi . Dia memutus aliansinya dengan Tew.
Akhir cerita kehidupan kapten James Misson adalah saat Badai
besar menghancurkan Victorie dan menenggelamkannya ke laut.
Catatan Admin
Setelah membaca cerita diatas, mungkin tidak bisa membuktikan
secara nyata keberadan Libertalia. Toh, cerita diatas hanyalah isi daribuku
karya Captain Charles Johnson yang berjudul
: “General History of the Robberies and
Murders of the Most Notorious Pirates”
Namun tentu, lebih menarik beranggapan bahwa disetiap cerita,
pasti ada akarnya. Lebih menarik pula beranggapan bahwa Libertalia merupakan
sebuah koloni yang lenyap tanpa sejarah dan merupakan sebuah ‘legenda’ yang
benar-benar terjadi di masa lalu tanpa ada orang lain yang tau.
Menurut kalian sendiri, bagaimana?
Note : dalam beberapa sumber, Libertalia sering ditulis Libertatia. Admin gak tau penyebutan yang benar yang mana. Tapi kayaknya sama aja deh, cuman karena beda dialek, jadi orang-orang nyebutnya beda-beda -_-
Baca Juga :
- Flying Dutchman dan Pelayaran tiada akhir
- Kisah Misterius Bajak Laut Emmanuel Wynne
- Misteri menghilangnya awak kapal Mary Celeste
- Misteri kapal hantu SS. Ourang medan
- Kasus kedatangan Pria dari Taured
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Kisah James Misson dan Negara Bajak Laut Libertalia."
Post a Comment