1641, Hindia belanda.
Di pesisir tanjung harapan, seorang Kapten kapal
memerintahkan anak buahnya untuk mempercepat pekerjaannya. Para anak buah
kapten kapal itu dengan sesegera mengangkut Sutera, pewarna, rempah-rempah dan
berbagai bahan lain untuk naik ke kapal.
Mereka tentu sedikit bingung dengan kapten mereka ini. Ada
apa gerangan dengan kapten mereka yang sangat ingin sekali segera kembali ke
kerajaan belanda? Padahal, jelas terlihat dari ujung laut kalau awan mendung
nampak siap menghadang siapa saja yang hendak berlayar. Bahkan ditengah hujan deras
seperti ini.
“Kapten, Kita sebaiknya menunda perjalanan pulang kita, Laut
sedang tidak bersahabat.” Ujar salah satu perwira kapal mengingatkan.
Kapten itu malah menatap perwiranya dengan tatapan tajam.
“Omong kosong! Kita harus segera mengangkut rempah rempah ini
kembali ke belanda!” Balas Sang kapten.
Karena kapten sangat kekeh dengan perkatannya, anak buah
kapal yang lain pun tidak ada yang membantah.
Seiring dengan jangkar yang dinaikkan dan layar yang
mengembang lengkap dengan bendera kebanggaan ratu belanda, mereka pun perlahan
tapi pasti mulai meninggalkan tanjung harapan dan mulai berlayar.
Pelayaran itu memang tidak direstui oleh seluruh anak buah
kapal. Pasalnya, cuacanya sangat tidak mendukung. Bahkan beberapa jam setelah
mereka meninggalkan pesisir, mereka sudah dihantam ombak yang cukup keras.
Sampai mengakibatkan beberapa pelaut ada yang muntah-muntah.
Kapten kapal yang menkomandani kapal tentu saja merasa
terhina.
Jaduakh!
Kapten tersebut menendang beberapa pelaut yang muntah itu.
“Kalian itu pelaut! Jangan manja! Kapal kita adalah kapal
terkuat di belanda! Yang merasa takut untuk berlayar di cuaca seperti ini, akan
aku lempar jatuh ke laut!”
Mereka tentu saja tidak mau membantah. Dengan usaha sekuat tenaga.
Mereka mencoba menyeimbangkan kapal. Sesekali melirik kapten mereka yang
berdiri gagah sembari memegang teropong. Jelas sekali tetes hujan tidak
menghentikan niatnya untuk kembali ke belanda.
Singkat cerita, perjalanan kapten dan kapalnya itu terus
berlanjut. Mereka terus menerjang badai tanpa menghiraukan angin dan guntur
yang menerjang dari depan. Beberapa anak buah kapal nampak setuju. Yah! Pasti kapten mereka sudah gila! Tidak
pernah ada kapal yang akan selamat dari badai seperti ini!
Kapal yang terombang-ambing sangat dahsyat membuat beberapa
kayu berdecit. Bahkan beberapa anak buah kapal yang tidak sanggup memegang
tali, harus terlempar ke laut. Tentu saja hal tersebut menjadi perhatian
perwira untuk melapor ke kapten kapal.
“Kapten! Beberapa pelaut ada yang terlempar keluar! Kita
harus menyelamatkan mereka!” Ujar perwira.
“TIDAK USAH!” Jawab sang kapten.
Perwira tentu saja langsung terkejut.
“Mereka jatuh karena mereka lemah! Biarkan saja! Kita tetap
maju!” Lanjut sang kapten.
“T-Tapi kapten!”
“LANJUT KATAKU!”
Sang perwira tidak membalas lagi. Dia hanya bisa mengamati
para pelaut yang jatuh itu dari kejauhan. Dia tidak bisa melakukan apa-apa
bahkan sampai suara minta tolong mereka hilang dan laut sudah menarik mereka
jatuh.
2 Jam terlewati dan ujung dari badai itu belum kunjung
terlihat. Beberapa anak buah kapal mulai melaporkan kebocoran di lambung kapal.
Genangan air memasuki kapal diperkirakan karena kapal keberatan muatan.
“Kapten! Kita harus membuang beberapa muatan! Kapal ini
terlalu berat!” usul sang perwira.
Kapten tersebut lagi-lagi menatap marah si perwira.
“Mana ada! Rempah rempah ini adalah untuk ratu! Jika kita
membuangnya, pelayaran ini tidak ada artinya!” balas sang kapten tegas.
“tapi kapten! Kita harus mengurangi muatan! Jika tidak, kapal
kita akan tenggelam!” balas perwira.
Kapten tersebut beranjak dari posisinya dan memasuki bagian
dalam kapal. Diikuti perwira, mereka masuk ke gudang penyimpanan. Memang benar,
apa yang dikatakan perwira karena air sudah memasuki gudang itu.
Dengan kesal, kapten tersebut lantas keluar. Disinilah
keadaan mulai horror bagi perwira kapal. Dia mengikuti kaptenya.. Bahkan sampai
kaptennya itu mulai menembaki 10, tidak! 15 anak buah kapal yang bermalas-malasan
dan tidak bekerja. Setelahnya, dia mengkomandokan untuk membuang jasad mereka
ke laut.
“Buang orang-orang ini, dan lanjutkan perjalanan!” jelas
kapten secara tegas.
Perwira sudah tidak tau lagi. Bahkan beberpa anak buah kapal
yang mengetahui kejadian itu mulai takut dan ngeri. Yah! Ini sudah jelas! Kapten mereka memang jadi gila!
Tidak tau lagi apa yang terjadi, perwira kapal pun menuruti
kaptennya dan membuang jasad-jasad itu ke laut.
Perjalanan pun berlanjut.
1 jam terlewat dan lagi-lagi perwira menemui kaptennya.
Kapten kapal itu sedang ada di ruangannya dan minum saat perwira itu masuk.
“Sekarang apa lagi?” tanya kapten. Dia nampak mabuk.
Perwira tersebut takut-takut untuk menjawab. Namun dia tetap
harus melaporkannya.
“Layar utama kita tersambar petir kapten. Kayunya hampir
patah. Saya takut, perjalanan ini mustahil untuk dilanjutkan.” Jelas sang
perwira.
Kapten itu geram setengah mati. Dia melempar botol minumannya
ke tanah. Membuat botol itu pecah berkeping-keping. Astaga, mau berlayar aja banyak sekali masalahnya. Dia kemudian berjalan marah
ke luar dan mendapati kilatan petir menyambar nyambar mencoba mengenai
kapalnya.
Para anak buah kapal sudah kocar-kacir melarikan diri dan
berlindung ke tempat yang aman agar tidak tersambar petir.
Melihat kondisi kapalnya, amarah si kapten sudah ada pada
puncaknya.
“KEPARAT!!”
SPLASH!!
Kilatan petir masih menyambar.
“KAU PIKIR KAU BISA MENANTANGKU HAH?!” Teriak sang kapten ke
angkasa. Seakan menantang penguasa langit. Ombak dan angin juga seakan mencoba
merobohkan kapal tersebut.
“AKU ADALAH KAPTEN TERHEBAT DI LAUT!”
Melihat kaptennya yang menuding Tuhan, membuat perwira kapal
sudah tidak tau lagi. Hal terakhir yang dia ingat adalah sumpah sang kapten.
Dia berteriak bahwa dia akan terus
berlayar, dan tidak ada yang bisa menghentikannya, bahkan kematian sekalipun.
Semenjak saat itu kapal tersebut tidak pernah terlihat lagi
Kapten Van Der Decken dan Kapal Flying Dutchman tidak pernah berhasil sampai ke belanda.
(Ilustrasi : Van Der Decken)
Lama waktu terlewat, muncul berbagai legenda di masyarakat
kala itu. Bahwa mereka sering melihat sosok penampakan kapal Hantu Flying
Dutchman. Konon katanya, kapal itu dikutuk dan tidak akan pernah bisa kembali
ke daratan.
Van der Decken dan anak buahnya akan terus berlayar tanpa
henti sampai pada masa hari penghakiman kelak.
Baca Juga :
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
bagaimana orang lain tau kejadian di kapal kalau kapal itu tdk pernah ke daratan lagi?
ReplyDeletewell i dont know. cerita asli tentang apa yang terjadi memang samar. mungkin ada 2 kemungkinan untuk menjelaskan paradox tersebut :
DeleteKemungkinan pertama : gambaran diatas cuman karangan admin aja untuk menggambarkan si Hendrik Van der Decken yang katanya jadi gila pas ingin berlayar.
atau
Kemungkinan ke dua : Admin tadi mengetik cerita diatas di dalam kapal Flying Dutchman, di tengah samudera pasifik. Dan sekarang masih di kapal itu. hiii~