Cerita Horor By Admin
Eps 20 : Anak Kesayangan
Terinspirasi dari sesuatu yang admin
lupa baca dimana -_-
Aku tidak suka anak lelaki! 2 kali aku melahirkan dan dua
kali juga aku mendapatkan anak lelaki. Selama ini, aku selalu berdoa kepada Tuhan
untuk memberiku satu anak perempuan saja dan aku akan merawatnya dengan suka
cita. Sayangnya, Tuhan membenciku. Alih-alih mendapat seorang gadis manis, yang
aku dapat adalah seonggok daging menjijikan ini.
Yah, aku memang tidak menikah. Dan aku meminta orang untuk
mendonorkan spermanya kepadaku agar aku dapat mengandung. Sayangnya, dua orang
pria tidak berguna yang mendonorkan spermanya terakhir kali, tidak mampu
memenuhi keinginanku sama sekali.
Jika kau bertanya, kenapa aku sangat ingin anak perempuan? Jawabannya
adalah karena aku ingin membesarkannya menjadi anak yang kuat, itu saja. Aku
tidak berniat menjadikannya tumbal pesugihan atau semacamnya. Aku hanya ingin menjadi
ibu. namun dengan syarat yang kubuat sendiri, Anaknya harus perempuan. Pokoknya perempuan, aku tidak mau tau.
Selain perempuan, aku tidak butuh.
Itulah kenapa 2 kali aku melahirkan, 2 kali pula aku buang
bayiku ke sungai. Putra pertamaku lahir satu tahun lalu, dan dia memiliki
rambut pirang yang indah. Sayangnya, wajah lelakinya tidak menggerakkan hatiku
untuk merawatnya. Itulah kenapa aku buang bayi itu ke sungai. Aku bahkan masih
ingat tangisan terakhirnya saat kulepaskan semua kain yang menutupi badannya dan
kulempar begitu saja dari atas jembatan. Hanyut dan hilang diantara arus sungai
yang deras.
Anak keduaku, kubuang kemarin. Nada tangisannya sama pilunya
seperti yang aku dengar satu tahun yang lalu. Sayangnya, seperti kataku, karena
dia lelaki, aku tidak punya hasrat sama sekali untuk merawatnya.
Hari ini, aku berniat bertemu pendonor sperma ku lagi.
Pokoknya aku akan terus mencobanya sampai aku mendapatkan anak perempuan.
.
9 Bulan berlalu setelah kehamilan dan aku akhirnya
mendapatkan apa yang aku inginkan. YAH! INI DIA! Seorang gadis kecil, dengan
mata sayu dan tangisan yang lugu.
“Astaga dia cantik sekali.” Itulah respon pertamaku saat aku
melihat dia untuk pertama kali.
Singkat cerita, beberapa tahun berlalu dan akupun merawatnya.
Dia terkadang sangat manja dan sering menangis. Namun tentu saja sebagai ibu
yang baik, karena dia anakku maka ada kalanya juga aku memanjakannya.
Suatu ketika, kami sedang pulang berbelanja. Sembari memegang
es krim di tangan kanan, dia menggandeng tanganku dengan tangan kirinya. Kami
berjalan diantara jalan yang sepi sambil bernyanyi. Sesekali aku menyanyikan
lagu “Balonku ada lima.” Dan dia menyahutku dengan “duar” yang lugu.
Aku tertawa, dia tertawa.
Namun, tatkala kami mendekati jembatan menuju desa kami, dia
berhenti. Aku mencoba menariknya namun dia tidak mau bergerak. Detik berikutnya
dia malah menangis.
“Hei-Hei! Kenapa menangis?!” Tanyaku. Aku memeluknya erat.
Masih terisak, dia memelukku.
“Ma.. Aku sayang mama.” Ujarnya.
Aku mengelus-elus punggungnya. Sembari masih memelukku, dia
melanjutkan.
“Mama tidak akan membuangku kan?” tanya dia.
Aku tentu saja langsung kaget.
“Tentu saja tidak! Apa yang kau bicarakan! Mama kan sayang
kamu!” balasku mencoba menenangkannya.
“Tapi-Tapii..”
“Ssst!” Aku mencoba mendiamkannya. Dia masih terisak, namun tangisannya
berhenti. Detik ini, aku bahkan tidak paham kenapa anak berumur 2 tahun bisa
punya pemikiran seperti itu.
“Memang, apa yang membuatmu berpikir mama akan membuangmu,
hm?” tanyaku halus, menyeka air mata yang ada di pipinya.
Dia diam menatapku. Kemudian dia menunjuk ke tengah jembatan
yang hendak kita lewati.
Aku menoleh mengikuti jarinya. Itulah saat aku mendengar
kalimat paling mengerikan yang pernah aku dengar.
.
.
“Habisnya,, kau
pernah melemparku dua kali dari jembatan itu.” Jelas Anakku.
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
tercomebakck
ReplyDelete