Eksperimen penjara Stanford, kalian pernah
mendengarnya? Eksperimen tersebut adalah sebuah studi psikologi yang dilakukan
kepada sejumlah mahasiswa untuk mengetahui perubahan perilaku apabila seseorang
ditempatkan di dalam peran tertentu.
Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati kondisi
yang terjadi apabila beberapa mahasiswa diberi posisi di dalam sebuah penjara
palsu (simulasi).
Hasil dari eksperimen ini adalah untuk
membuktikan teori bahawa “Perilaku
kekejaman yang dilakukan oleh para penjaga penjara (asli) sepenuhnya dipengaruhi oleh sifat dan bukan dari lingkungan maupun otoritas serta jabatan
yang mereka miliki.”
Kelompok mahasiswa yang dipilih menjadi subyek
dibagi menjadi dua kubu dan diberi peran sebagai penjaga dan tahanan.
Dalam dua minggu, perilaku mereka diamati dan diteliti. Sayang alih-alih dua minggu, hari ke 6
eksperimen tersebut terpaksa dihentikan. Alasannya adalah. Err..
(Stanford Prison Experiment Movie 2015)
Pra
simulasi.
Subyek dari eksperimen ini diambil dari sebagian
mahasiswa Stanford sendiri. Mereka ditawari bayaran 15 Dollar/hari untuk
berpartisipasi dalam 2 minggu eksperimen.
Dr. Phillip Zimbardo, selaku penanggung jawab
eksperimen ini awalnya melakukan wawancara kepada para subyek. Dia mengatakan
bahwa peran Penjaga dan tahanan akan ditentukan berdasarkan pada hasil
wawancara tersebut. Nyatanya,
penentuan peran tersebut ditentukan berdasar pada lempar koin. Yah, benar. Hal
ini bertujuan untuk mengacak variabel agar penentuan peran tidak subyektif.
Simulasi ini dilakukan pada tahun 1971. Kala itu,
Dr. Zimbardo bahkan repot-repot untuk merubah seksi bawah tanah gedung
psokologi di universitas Stanford menjadi penjara. Memasang pintu sell dan
menyiapkan ruang isolasi.
Untuk menambah kesan realistis, para mahasiswa
yang sudah ditentukan perannya sebagai tahanan dijemput dirumahnya oleh polisi
sungguhan dengan cara diringkus dan digiring ke kantor polisi. Mereka difoto,
dicek sidik jarinya sebelum diantar ke penjara (palsu) tersebut.
Apa yang
terjadi dalam Eksperimen tersebut?
6 Jam pertama, semua berjalan sangat membosankan.
Motivasi para subyek yang berpartisipasi dalam eksperimen tersebut adalah
dibayar 15 dollar/hari. Jadi mereka masih menganggap kalau eksperimen itu tidak
terlalu serius.
Dr. Zimbardo awalnya memang pesimis dan berasumsi
bahwa 2 minggu eksperimen ini akan membosankan mengingat ini adalah simulasi alias palsu. Namun tidak
sampai 1 hari, tepatnya pada jam 2.30 pagi, para penjaga mulai menggunakan kekuasaan mereka dengan semena-mena.
Mereka membangunkan para tahanan untuk berhitung dan melakukan hal yang tidak
perlu seperti Push up dan Sit up.
Dr. Zimbardo melihat kejadian itu sebagai sebuah
progress. Pasalnya dia memang tidak menginstruksikan para penjaga untuk melakukan
hal tersebut, kejadian itu sepenuhnya inisiatif dari para mahasiswa yang
berperan menjadi penjaga.
Singkat cerita, hari kedua. Para penjaga semakin
agresif. Mereka menunjukan tanda bahwa mereka adalah yang berkuasa. Mereka membully para tahanan dan memberi mereka
hukuman-hukuman. (Fyi, para penjaga disini, sifatnya shift, jadi setelah
beberapa saat mereka akan bergantian dengan penjaga yang lain untuk mengawasi
para tahanan. Biasanya sati shift 3 orang)
Dr. Zimbardo tau kalau perilaku dari para penjaga
itu mulai keblabasan. Namun dia urung untuk mengingatkan dan menghentikan.
Karena perilaku para penjaga tersebut juga mulai mempengaruhi sikap para
tahanan.
Para tahanan mulai membentuk dan merencanakan
pemberontakan. Mereka yang menolak di bully
lantas memblokade pintu sell mereka dengan kasur dan menghalangi para penjaga
untuk masuk. Hal ini sayangnya malah menyulut reaksi spontan lain dari para
penjaga. Salah satu penjaga dengan sengaja menyemprot para tahanan dari luar
sel menggunakan alat pemadam api.
(Alat pemadam api/ Fire Extiguiser, in case you don't know)
Reaksi spontan dari para penjaga dan tahanan ini
terus berlanjut. Sampai pada akhirnya salah satu provokasi dari para tahanan
harus diamankan dan dimasukkan ke sel isolasi. Tempat tidur dari para
pemberontak itu juga diambil hingga pada akhirnya mereka terpaksa tidur di
lantai.
Kegilaan
dalam kepalsuan.
Terlepas dari simulasi ini yang tidak nyata.
Namun Dr. Zimbardo mulai melihat sebuah perubahan siginfikan setelahnya. Para
tahanan mulai lupa kalau ini adalah simulasi, dan para penjaga juga mulai
melanggar batas-batas yang sudah ditetapkan dalam kontrak ikut serta. Mereka
mulai menggunakan kekerasan dan intimidasi secara mental kepada para tahanan.
Hal itu menuntun kepada hasil pada hari ketiga.
Dimana seorang tahanan mulai menggila dan histerik. Dia mulai menunjukkan
gangguan psikis karena tidak dapat menerima tekanan dan bully dari para penjaga.
Disisi lain, terlepas dari para tahanan yang
memberontak, sebenarnya ada tahanan lain yang memilih patuh dan mengikuti
aturan. Orang-orang patuh itu diberi reward
oleh para penjaga dengan makanan lezat. Mereka sengaja disuruh makan didepan
para tahanan yang memberontak untuk mengajarkan makna dari ‘patuh’
Dr. Zimbardo juga mengadakan seksi kunjungan
untuk para ‘tahanan’ tersebut. Seksi kunjungan itu dibuat serealistik mungkin
dengan mengundang orang-orang terdekat para tahanan untuk menjenguk. Sampai
hari ke empat, para mahasiswa yang berperan sebagai tahanan tersebut sepenuhnya
melupakan kalau kal ini adalah simulasi.
Hal ini terbukti konkrit saat Dr. Zimbardo
membuka seksi wawancara bersama seorang pendeta. Para tahanan itu
memperkenalkan diri dengan menyebut nomor tahanan mereka saat mereka ditanyai
Nama.
Permainan
Psikologi yang kebablasan.
Sebenarnya Dr. Zimbardo tidak hanya sekali
diingatkan oleh para penanggung jawab eksperimen tersebut. Bahwasannya mereka
yang menjadi subyek simulasi adalah anak-anak dan secara nyata tidak pernah melakukan kejahatan apapun. Namun Dr. Zimbardo
sepertinya kala itu terlalu terbawa suasana. Bahkan dia tidak menegur para
penjaga saat mereka mulai membuat kebijakan untuk para tahanan BAB dan BAK di
sebuah ember yang disediakan di sel mereka masing-masing.
Hari ke 5, keadaan sangat parah karena para
tahanan sudah benar-benar menunjukan kepatuhan luar biasa kepada para penjaga.
Mereka bahkan menganggap kejahatan ‘fiktif’ yang dibuat sebagai alasan mereka
dimasukkan penjara sebagai kejadian yang sebenarnya.
Saat para kolega Dr Zimbardo sendiri sudah mulai
tidak kuat menyaksikan eksperimen ini, pada akhirnya di hari ke 6, Dr. Zimbardo
menghentikan simulasinya dan eksperimen ini dinyatakan selesai.
Hasil dari
Studi Tersebut.
Untung saja pasca kejadian ini, perubahan sikap
para subyek tidak menuntun kepada trauma jangka panjang. Dan dalam kejadian ini
tidak ada korban jiwa sama sekali. Namun para psikolog sepakat bahwa Eksperimen
Penjara Stanford adalah eksperimen paling kontrofersial sepanjang sejarang
Psikologi.
Dari eksperimen tersebut, diperoleh kesimpulan
bahwa perilaku bully yang dilakukan
oleh para penjaga tidak datang dari sifat asil mereka, melainkan murni karena
jabatan dan otoritas yang diberikan kepada mereka. Karena mereka dipilih
berdasarkan lempar koin (random) ada kemungkinan juga semisal para tahanan dan
para lenjaga bertukar peran, maka hasil yang didapat akan sama saja.
Hasil dari studi ini juga bisa diaplikasikan
memahami perilaku pemangku jabatan di berbagai macam instansi. Mereka bertindak
berdasarkan otoritas dan kekuasaan yang diberikan kepada mereka.
(Dr Phillip Zimbardo, Masih hidup di umurnya yang ke 86)
Well, sebenarnya admin mencoba melogikakan hasil
studi ini kepada perilaku para koruptor. Jika berdasarkan kepada konklusi yang
didapat dari Eksperimen penjara Stanford, berarti aksi korupsi itu bukan
disebabkan karena sifat pejabat yang sudah awal memang buruk dong. Namun
terbentuk dari diberikannya Otoritas dan kekuasaan untuk melakukan korupsi
(yah, mungkin lemahnya hukum juga berpengaruh). Ya nggak sih? Ah, betapa
beratnya cobaan untuk manusia yang punya uang.
Tapi admin gak mau menyimpulkan secara sepihak
lah, mengingat belum ada studi resmi yang membenarkan logika admin.
Eksperimen
Penjara Stanford Difilmkan.
Layaknya sebuah kejadian yang harus dikenang.
Eksperimen penjara Stanford difilmkan pada tahun 2015 di sebuah film yang
berjudul : Stanford Prison Experiment
(2015).
Admin yang sudah menonton filmnya dapat
mengatakan bahwa kejadian dalam film tersebut bisa dibilang ‘cukup otentik’ dan
mendekati kejadian aslinya. Jika kalian mau melihat seperti apa gambaran dari
eksperimen yang sudah dibahas diatas, silahkan tonton filmnya.
(Poster Film)
Selebihnya, kita belajar bahwa betapa mudahnya pikiran
manusia dipengaruhi oleh kekuasaan. Apapun itu, semoga kita terus diberi akal
sehat untuk berikir mana yang baik dan mana yang benar.
Baca Juga :
Baca Juga :
- Peretasan Sony Pictures, By Kim Jong-Un
- Victor Lustig, Penipu yang berhasil Menjual Menara Eiffel
- Kasus CoinCheck, 7 Trilyun yang dipanen Hacker
- Short Horror – Cerita Pendek Horor dua kalimat
- Kumpulan Riddle – 101+ Riddle Bahasa Indonesia
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Universitas Stanford dan Eksperimen Penjara"
Post a Comment