(Joker, The Dark Knight)
Sebuah bank di Jakarta berubah kelam. Dua orang
bermasker masuk dan menodongkan senjata kepada para nasabah dan Teller. Senjata
Revolver yang terlihat sangat nyata tidak memberikan keraguan kepada siapapun
kalau itu adalah senjata asli.
“Berikan semua uangmu. Jangan macam-macam!” Ujar
salah seorang perampok dengan nada tinggi kepada seorang teller perempuan. Dia
menyerahkan sebuah tas besar untuk diisi uang. Teller ini dengan segera mengeluarkan
seluruh uang yang dia bisa jangkau dan memasukanya ke dalam tas tersebut.
Disisi lain, perampok yang satunya mulai
menertibkan para nasabah beserta satpam dengan menyuruh mereka tiarap di
lantai.
“Semuanya tiarap! Kami hanya ingin mengambil uang
bukan mengambil nyawa!” Ujarnya. Beberapa orang mulai menangis seiring si
perampok yang tidak hentinya menodongkan moncong pistolnya. Namun pada akhirnya
mereka menuruti apa yang dikatakan perampok tersebut.
Kejadian itu sangat cepat. Bahkan tidak sampai 5
menit Teller perempuan itu sudah mengisi tas yang diberikan perampok dengan
tumpukan uang yang dia bisa berikan.
Perampok yang berhadapan dengan teller melihat
jam tangannya. Saat dia sudah berhasil mendapatkan uang yang dia inginkan, dia
pun menatap Teller perempuan tersebut.
“Kalau mau telfon polisi, tunggu 3 menit lagi.”
Ujarnya sebelum dia berlalu dan mengajak rekannya untuk pergi dari situ.
~PERAMPOK~
6 Jam berlalu semenjak perampokan terjadi. Di
markas, kedua perampok itu mulai menghancurkan seluruh barang bukti termasuk
pistol, tas, baju dan masker. Disela memasukkan barang-barang itu ke dalam tong
berapi, seorang perampok lulusan Sarjana berkata.
“Kita sebaiknya menghitung uang yang kita dapat.”
Ujarnya.
Perampok lulusan SMA menoleh aneh kepada si
perampok lulusan Sarjana. Disela kegiatanya yang tengah duduk dan minum-minum,
dia berkata,
“Repot banget. Tunggu aja berita di TV besok,
nanti juga kita tau sendiri berapa uang yang telah kita ambil.” Balasnya.
~PERAMPOK~
Disisi lain, pihak bank juga melakukan follow up atas kejadian ini. 5 Menit Pasca
perampokan, pimpinan cabang dan Internal audit melakukan rapat tertutup. Mereka
memulangkan seluruh karyawan dan menutup bank lebih cepat.
“Menurutmu berapa?” tanya pimpinan cabang bank
tersebut.
Auditor diam, dia berkeringat melihat nominal
yang harus hilang dari cabang bank tempatnya bekerja ini.
“800 Juta?” tanya Auditor kepada pimpinan cabang.
Pimpinan cabang itu berdiri. Detik berikutnya dia
menyahut.
“Yasudah.”
~Berita di
TV~
Keesokan harinya, berita tentang perampokan bank
tersebut mulai disiarkan. Dari markas para perampok, mereka mulai emosi saat
siaran berita tersebut menampilkan informasi secara detail tentang perampokan
bank yang mereka lakukan.
Dibalik wajah manis dan gincu nya yang tebal,
reporter berita itu mengabarkan bahwa kemarin salah satu cabang bank di Jakarta
menjadi korban perampokan. Adapun nominal yang diambil adalah sekitar 800 Juta
rupiah.
Perampok lulusan sarjana tau kalau tas yang dia
gunakan kemarin tidak mungkin mampu menampung uang sampai 800 Juta. Itulah
kenapa mereka pada akhirnya memutuskan menghitung uang rampokan mereka sendiri.
Hasilnya? Uang yang mereka ambil ternyata hanya 150 Juta.
Tunggu, terus yang 650 Juta lagi kemana?
~Wawancara
Pimpinan Cabang~
Pimpinan cabang nampak bersedih di depan kamera
saat dia diwawancarai soal kejadian yang menimpa kantornya. Dia juga
menceritakan bagaimana kejadian perampokan kemarin secara menyeluruh. Termasuk bagaimana
para perampok berhasil kabur dengan uang sebesar 800 juta.
“...Kami sangat menyesal atas kejadian ini dan
kami akan memperbaikinya dengan segenap kekuatan yang kami bisa berikan.”
Ujarnya di depan para wartawan.
Wartawan nampak iba dan merasa kasihan, karena
tentu saja kerugian sebesar itu pasti akan sangat repot untuk diurusi.
Pimpinan cabang itu nampak sedih, wajahnya terlihat
pucat. Disampingnya, internal Audit yang mendampinginya juga melakukan hal yang
sama. Namun dia tetap berusaha menghibur pimpinannya itu dengan segenap
motivasi yang dia bisa.
Dalam hati, kedua orang tersebut berusaha sebisa
mungkin untuk tidak tertawa. Tertawa karena setelah wawancara ini, mereka
berencana membagi dua uang sebesar 650 Juta yang telah mereka gelapkan.
Yah,
Lumayan.. Uang
gratis.
Baca Juga :
- Handan Lottery, Benar-benar Ide Perampokan paling bodoh
- Kasus Inspektur Kesehatan, Perampokan berujung pembantaian
- Collar Bomb, plot perampokan yang tidak biasa.
Admin’s Note : Sebenarnya
Admin membaca cerita ini dulu sekali. Sumbernya darimana entah admin lupa.
Karena bagus dan tiba-tiba ingat, admin memutuskan untuk menulisnya ulang. Yah
gitu deh. Kalau sumber aslinya ada yang tau, boleh lampirkan di kolom komentar,
nanti admin cantumkan.
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "The Art Of Bank Heist - Seni Perampokan Bank"
Post a Comment