Pada tahun 2004 di Colorado, Amerika Serikat,
pernah ada pemburuan pengemudi ugal-ugalan yang menghancurkan bangunan kota
menggunakan Bulldozer berlapis baja. Kejadian yang terjadi selama kurang lebih
selama 2 jam itu membuat hampir seluruh personil keamanan turun ke jalan.
Oke, pengemudi ugal-ugalan itu memang
mengemudikan bulldozer. Namun admin memberi kata “Tank” dalam judul karena ada
alasannya. Hal ini merujuk kepada modivikasi
diluar akal sehat yang dia lakukan kepada bulldozernya tersebut.
Motivasinya dalam melakukan kejahatan ini juga
bukan tanpa alasan. Bahkan dalam aksinya ini, beberapa orang malah
menganggapnya sebagai seorang pahlawan.
Sebenarnya
apa yang terjadi?
Kejadian ini diawali dari cerita seorang lelaki
bernama Marvin Hemmeyer. Seorang lelaki yang tidak punya istri maupun keluarga.
Dia dikenal sebagai sosok pekerja keras. Kesehariannya dia habiskan di sebuah
bengkel reparasi kecil yang dia bangun dari kerja kerasnya sendiri.
Harusnya, di umurnya yang sudah mencapai 40
tahun, dia tidak perlu memikirkan apa-apa lagi dan menikmati masanya dengan
tenang. Sayangnya di tahun 2001,
pemerintah negara bagian menyetujui sebuah proyek pembangunan pabrik beton yang
akan dibangun di area bengkel reparasi milik Marvin.
Sebenarnya ini bukan masalah besar untuk Marvin,
karena bengkelnya tidak akan kena gusur. Pembangunan pabrik itu hanya akan
memblokade rute menuju bengkelnya saja. Namun tentu saja karena rute tersebut
adalah satu-satunya jalan menuju bengkel, Marvin memperjuangkannya
habis-habisan.
Awalnya dia mencoba mediasi dengan damai. Dia
mempresentasikan betapa tidak menguntungkannya pembangunan pabrik beton itu untuk
para pekerja kecil seperti dirinya. Sayang presentasi yang dia lakukan dengan
orang-orang yang bertanggung jawab atas proyek tersebut tidak membuahkan hasil.
Itulah kenapa dia mulai membuat petisi dan mengajak warga kota, tetangga dan
kawan-kawannya untuk mendukung penolakan. Namun tetap saja hal tersebut tidak
bisa membuahkan kesepakatan dengan penanggung jawab proyek.
(Marvin Heemeyer)
Saat Marvin tau kesepakatannya ditolak terus
menerus. Dia akhirnya menyerah. Marvin itu adalah sosok yang masuk akal.
Mungkin saat itu dia masih berpikir “Ya
sudah, aku akan cari cara lain”
Tentu saja cara lain yang dimaksud Marvin saat
itu sangat legal dan tidak melanggar hukum. Pasalnya dia mengajukan
persidangan melawan para kontraktor, dan dia memberi ide untuk membangun jalan
akses baru ke bengkelnya. Pada titik ini Marvin bahkan sampai membeli sejumlah
peralatan berat agar jalan tersebut bisa dia bangun sendiri. Yah, pokoknya dia cuman mau jalan ke
bengkelnya saja agar dia bisa bekerja, kalau para kontruktor tidak mau
membuatkan, Marvin bangun sendiri.
Sayang bagi Marvin, dalam sidang tersebut Marvin
kalah. Sialnya, para kontraktor malah memotong pipa saluran pembuangan milik
bengkel Marvin beberapa hari kemudian. Saluran tersebut mengalir dibawah situs
konstruksi dan terpaksa harus dipotong.
Marvin kacau karena setiap usulannya tidak
diterima. Bengkelnya ini akan benar-benar tidak dapat diakses dalam waktu
dekat. Dan apabila saat itu tiba, Marvin benar-benar tidak akan punya bengkel
sama sekali.
Perlu diingat bahwa Marvin adalah seorang pria
yang masuk akal. Namun tentu saja masuk akal yang dimaksud ada batasnya. “Terkadang, Seorang lelaki harus melakukan
keputusan yang tidak masuk akal
apabila keputusan masuk akalnya
tidak bisa diterima.”
Baca Juga :
Baca Juga :
Proyek Rahasia Marvin Heemeyer.
Bersamaan dengan Proyek pembangunan pabrik yang sudah
berjalan. Marvin mulai membangun proyek rahasiannya sendiri. Dia mengawali
proyek rahasianya tersebut dengan membuat daftar nama dari orang-orang yang
menolak setiap petisi dan ide yang dia ajukan.
Satu dari sekian alat berat yang dia beli untuk
rencananya dalam membangun jalan alternatif adalah sebuah bulldozer.
Namun tentu saja karena petisinya untuk membangun
jalan alternatif ditolak, Bulldozer itu jadi nganggur. Itulah kenapa dalam waktu kurang lebih 1 setengah tahun,
Marvin menyibukkan diri dengan memodivikasi bulldozer tersebut menjadi seperti
ini :
Armor yang dia pasang di bulldozer tersebut sangat
tebal, menutupi setiap bagian termasuk mesin, kemudi dan kursi penumpang. Karena
tidak ada kaca untuk melihat jalan, Marvin menambahkan kamera di bagian luar
Killdozer dan melapisinya dengan kaca anti peluru (dia menyambungkannya dengan
televisi yang ada di dalam killdozer)
Yah, Dalam waktu satu setengah tahun, Marvin
berhasil merubah alat berat yang lamban menjadi mesin penghancur yang tahan peluru
bahkan (katanya) tahan ledakan. Dia juga menambahkan persenjataan yang
berbeda-beda seperti : Sniper Kaliber 50, 308
Semi Automatic Riflle , Senapan Laras panjang Type 22.
Yang menarik adalah, Dozer ini adalah dozer bunuh
diri. Kenapa? Karena lapis baja yang ditambahkan adalah lapis baja tanpa pintu,
yang dikaitkan menggunakan Crane dan akan disatukan setelah pengemudi ada di
dalam. Ya, sekali pengemudi masuk,
maka dia tidak akan bisa keluar.
Misi
Penghancuran Marvin Heemeyer.
4 Juni 2004, Marvin melaksanakan Misinya. Dia
mempersiapkan “tank” nya itu dan menyegel dirinya di dalam. Dia tau kala itu
tidak ada kata kembali untuknya, itulah kenapa, dia akan menikmati setiap detik
perjalannya menghancurkan kota menggunakan Killdozernya.
Keluar dari ‘sarang’ dengan cara menghancurkan tembok
bengkelnya sendiri, Marvin mulai mengendarai killdozernya ke tempat pabrik
beton, menghancurkan hari indah para pekerja sebelum akhirnya menuju kota.
Di kota, dia melihat daftar blacklist miliknya (Daftar nama orang-orang yang kontra dengannya
dalam proyek pabrik beton). Dia mulai ‘menggusur’ balai kota, kantor surat
kabar (yang memberitakan berita pro Pabrik beton), Rumah hakim dan yang
lainnya. Setiap bangunan yang dia hancurkan adalah bangunan milik orang-orang
yang mendukung proyek pabrik beton dan secara frontal menunjuk Marvin sebagai
pihak yang salah.
Selama dua jam, Marvin menghancurkan total 13
bangunan yang jika dihutung mengakibatkan kerugian sebesar kurang lebih 7 Juta
dollar Amerika. (Catatan : dalam proses penghancuran ini tidak ada yang terluka)
Baca Juga :
Baca Juga :
Upaya Pencegahan dari Polisi
Kepolisian kota beserta SWAT mengikuti Killdozer
kemanapun dia pergi. Namun seperti yang direncanakan Marvin, bahwa setiap
tembakan yang polisi layangkan tidak akan mempan karena dimuntahkan oleh
lempeng lapis baja. Mereka juga menembak menargetkan kamera, namun karena
kamera tersebut dilapisi kaca anti peluru, upaya itu juga gagal.
Polisi bahkan sempat berupaya memanjat killdozer
dan melemparkan flashbang ke knalpot pembuangannya, namun sekali lagi tidak ada
hasil.
Ide paling konyol dalam upaya untuk menghentikan
killdozer adalah, para polisi sempat mencoba ‘melawan’ killdozer menggunakan
traktor. Namun tentu saja, hal itu juga tidak berhasil.
Keadaan yang semakin rumit memaksa walikota
Colorado saat itu untuk mempertimbangkan memanggil tentara nasional dan
menyuruh mereka datang membawa Helikopter tempur agar killdozer bisa diledakkan
menggunakan rudal (Yang mana kayaknya
akan menjadi sangat anticlimax bagi tentara nasional karena harus buang-buang
rudal untuk meledaakan seorang pekerja bengkel)
Akhir dari Killdozer
Pada akhirnya, sebelum sempat memanggil tentara
Nasional, Killdozer keburu berhenti. Tatkala dozer lapis baja itu sedang
menghancurkan toko elektronik, muncul kepulan asap dari dalam mesin.
Kemungkinan sebuah benturan mengakibatkan mesin dari doser tersebut anjlok dan
gagal jalan.
Tatkala Dozer itu sudah ‘terparkir’ diantara tembok
toko elektronik, menandakan pula berakhirnya kegilaan Penghancuran Kota yang
terjadi. Marvin tau kala itu kalau dia tidak akan bisa lolos dari kejahatan
yang dia lakukan. Itulah kenapa dia melakukan hal yang memang seharusnya dia
lakukan.
Polisi mendekati bulldozer tersebut, bersamaan
dengan suara tembakan yang berasal dari dalam killdozer, keadaan pun sepenuhnya
hening. Yap, karir Marvin Heemeyer berakhir disini, mati bunuh diri di dalam
mesin penghancurnya sebagai seorang yang sudah terlepas dari dendam.
Menit berikutnya Polisi mencoba memeriksa mesin penghancur tersebut. Bahkan
setelah kematian, Marvin berhasil untuk sekali lagi menghina polisi, pasalnya
saat polisi mencoba membuka lapis baja menggunakan dinamit, ledakannya tidak
berefek sama sekali. Baru saat Polisi mulai melubangi bagian belakang armor tersebut, mereka akhirnya bisa
mendapatkan progres.
Saat bagian dalam Killdozer sudah bisa diakses,
disitulah para penegak hukum itu melihatnya, Sosok Mayat Marvin dengan sebuah
pistol di tangannya, terbujur kaku dengan senyum paling puas yang pernah mereka
lihat.
Kasus Marvin Heemeyer tersebut mengajarkan kepada
kita bahwa bahkan seorang yang ‘bukan siapa-siapa’ saja bisa berbuat hal gila
apabila diusik. Sayang bagi kontraktor proyek pabrik semen pasalnya mereka
mengusik wilayah seorang Martin Heemeyer, mengusik tanpa kesepakatan, dan
mengusik tanpa memberikan solusi.
Admin sendiri, menganggap Martin Heemeyer sebagai
orang baik disini, pasalnya terlepas dari kegilaannya dalam menghancurkan kota,
sangat menakjubkan bagaimana tidak ada korban manusia sama sekali dalam
prosesnya.
Marvin hanya tidak suka digusur karena rasanya
tidak menyenangkan. Dia hanya ingin menyampaikan kepada orang-orang yang kontra
dengannya : “Digusur itu gak enak bos, noh
rumah lu gw gusur, sekarang perasaan lu gimana?”
Dan. Kasus ini pun ditutup.
Baca Juga :
- Kasus Ourang Medan, kapal Hantu misterius
- Kasus Alcatraz, Upaya kabur dari Penjara paling aman
- Kumpulan Riddle – 101+ Riddle Bahasa Indonesia
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
tokonya tidak digusur, tapi aksesnya ditutup (jadi sama aja). ketika penguasa menselesaikan masalah tanpa solusi, ya makan tuh akibatnya....my appeciate to him
ReplyDelete