Apa yang akan kamu lakukan semisal secara
tiba-tiba ada sekelompok kriminal memaksamu untuk merampok bank? Apakah kamu
bersedia melakukannya?
Mungkin jawabannya adalah kabur saja. Pasalnya
kata ‘disuruh’ dan ‘diajak’ adalah hal yang sangat penting dalam pembeda. Disuruh adalah saat kita yang merampok
sedangkan yang menyuruh tugasnya hanya menunggu, sedangkan diajak adalah kita ikut berpartisipasi dalam perampokan dibelakang
para penjahat yang lain.
Namun, semisal kita tidak punya pilihan. Well, katakan saja kau tiba-tiba
dipasangi sebuah alat di lehermu (semacam kalung bom) yang bisa diledakkan dari
jarak jauh. Dan para penjahat memaksamu untuk merampok bank supaya alat
tersebut tidak mereka ledakkan bagaimana?
Kasus semacam itu pernah benar-benar ada. Dimana
seorang pria bernama Brian Wells mengejutkan masyarakat karena dia tiba-tiba
masuk ke bank dan merampok, dia bersenjata, lengkap dengan bom yang terpasang
di lehernya.
Awalnya polisi hanya mengira kalau Brian Wells
adalah perampok biasa, itu sebelum mereka menyadari bahwa ini merupakan kasus
kompleks penuh dengan rencana berujung plot pembunuhan dan misteri. Ini adalah
kasus Collar Bomb.
(Dokumenter Evil Genius, Netflix)
Apa yang terjadi?
28 Agustus 2003, sebuah restoran Pizza menerima
sebuah panggilan pesanan dari sebuah nomer. Tony Ditmo, selaku pemilik restoran
lah yang menerima pesanan tersebut. Pesanan yang disebutkan berupa dua buah
sosis dan peperoni Pizza.
Namun karena di beberapa poin Tony tidak paham
saat dijelaskan Alamat oleh pemesan, Tony pun menyerahkan telfon itu kepada
Brian Wells (pegawainya). Karena setelah dijelaskan Brian akhirnya paham, dia
pun membuatkan pesanannya dan mengantarnya ke alamat yang diminta.
Oke, ini memang terlihat seperti hari biasa di
sebuah restoran Pizza yang biasa. Pengiriman pun seharusnya tidak ada masalah
mengingat pemesan hanya memesan Sosis dan Pepperoni Pizza. Ya, Terdengar seperti Order
& Delivery pada umummnya.
Sayang kejanggalan tidak akan terlihat sebelum
dua jam kedepan. Kenapa 2 jam? Karena itu adalah waktu yang dihabiskan Brian
Wells untuk mengantar Pizza tersebut. Tentu Tony Ditmo awalnya heran kenapa
mengantar Pizza di alamat yang tidak jauh menghabiskan waktu sampai 2 jam? Apa
Brian bablas membolos setelah mengantar pesanan?
Jawaban yang dia dapat atas pertanyaannya
tersebut keluar dari siaran televisi. Dimana tiba-tiba ada berita yang
menampilkan kejahatan perampokan bank. Tony Ditmo sangat terkejut saat
dilihatnya sosok Brian tengah diliput di dalam berita sebagai sosok penjahat yang barusaja merampok sebuah
bank.
Tunggu kenapa bisa begini? Apa yang dipikirkan
Brian?! Jika dia butuh uang lebih, harusnya dia minta kenaikan gaji saja
daripada merampok bank kan?!
Berita itu disiarkan secara langsung di televisi.
Menampilkan sosok Brian yang terduduk di depan mobil polisi dan dibiarkan
begitu saja. Polisi nampak menjaga jarak dari Brian seakan pria itu terindikasi
membawa barang yang berbahaya.
“Kenapa
kalian semua menjauh?! Lepaskan benda ini. Ini akan meledak! Aku tidak punya
banyak waktu!”
Dari siaran langsung itu, Tony Ditmo mendengar
protes Brian kepada para polisi. Dia masih tidak mengerti apa yang dimaksudkan
oleh pegawainya itu, bahkan disela dia memperhatikan Bryan, dia masih mencoba
memahami penjelasan dari setiap kalimat yang reporter berita jelaskan.
Saat suasana Hening, dan Brian juga sudah mulai
diam. Tony Ditmo mendengar sesuatu. Itu adalah suara BIP yang nampaknya berasal
dari tempat kejadian perkara. Tatkala suara itu semakin kencang dan juru kamera
menyorot Brian secara langsung, itulah saat ‘Kejadian itu’ terjadi.
Sebuah kematian yang terjadi langsung di Live TV. Bersamaan dengan ledakan yang
berasal dari leher Brian. Menewaskan sosok Brian Wells seketika.
Yah, kepala brian barusaja meletus.
Apa yang ‘Sebenarnya’
terjadi?
Yang
terjadi adalah, Brian memang awalnya melakukan delivery biasa ke sebuah alamat yaitu
‘8631 Peach Street’ Namun setelah
diselidiki alamat tersebut ternyata bukan rumah melainkan sebuah gedung
pemancar tua. Letaknya pun sangat jauh dari jalan raya dan hanya bisa diakses
dengan melewati jalan tanah.
Sebelum meninggal, Brian mengaku kalau dia
dipasangkan sebuah alat oleh sekelompok orang. Alat tersebut adalah ini :
(Rangka Kalung Bomb yang disita polisi setelah kejadian)
Itu merupakan kalung bom yang dipakai Brian saat
digrebek polisi.
Kemudian setelah dipasangkan alat tersebut, Brian
diberi beberapa catatan berisi ‘sebuah’ misi yang harus dia selesaikan agar dia
dapat melepaskan alat tersebut. Misi itu termasuk merampok uang sebanyak
250.000 Dollar dari bank.
(Dokumentasi Evil Genius, Netflix)
Karena brian merasa dia tidak punya pilihan, dia
pun pada akhirnya melakukan perampokan yang dikomandokan kepadanya. Sebelum
akhirnya dia ditangkap polisi dan dibiarkan terduduk di jelan menunggu
kematiannya.
Baca Juga :
Baca Juga :
Detik detik perampokan yang terjadi
Salah satu nasabah bank yang dirampok oleh Bryan
menelfon 911 kala itu. Mengatakan bahwa ada seorang pria yang berkalung bom
sedang merampok bank. Para saksi saat ditanya kejadian, memberikan kesaksian
yang sangat tidak biasa atas penampilan Bryan.
Dia kala itu memakai sebuah kaus putih
bertuliskan ‘Guess’ atau dalam bahasa indonesia artinya ‘Tebak’ kemungkinan
besar diberikan oleh para penjahat yang megkalungkan bom ke leher Bryan.
Dia juga membawa sebuah Shotugun yang bentuknya
disamarkan seperti sebuah tongkat. Yang mana setelah di tes polisi shotgun
berbentuk tidak biasa itu nyatanya berfungsi
dan benar-benar bisa melukai orang apabila benar-benar digunakan.
(Shotgun yang disamarkan menjadi Tongkat)
Pihak teller sendiri, mereka lah yang bersaksi
bahwa Brian meminta uang sebesar 250.000 dollar kala itu, namun karena brankas
sedang tidak bisa diakses, mereka hanya memberikan uang sebesar 8000 dollar
saja kepada Brian.
Namun diatas semua itu, ada kesaksian aneh yang diterima oleh polisi.
Kesaksian itu diberikan oleh orang bernama Jon Sekel, salah satu pengunjung
bank kala itu. Dia menyebutkan bahwa saat merampok, Brian terlihat sangat santuy. Dia sama sekali tidak terlihat
ketakutan meskipun dia tau fakta bahwa di lehernya ada sebuah bom. Bahkan, sebelum keluar bank membawa
uang 8000 dollar, Brian sempat mengambil permen lolipop dari Counter (yang
disediakan oleh pihak bank untuk para pengunjung) sebelum berjalan santai
sembari mengemutnya.
(Rekaman CCTV Bank)
Kejadian
pasca perampokan.
Seperti yang diketahu bahwa Brian melakukan
setiap tindakannya berdasarkan kepada catatan yang diberikan oleh pelaku. Dalam
catatan perampokan tersebut, pasca merampok bank, instruksi yang tertulis di
catatan selanjutnya adalah Brian disuruh pergi ke McDonalds dan mencari
instruksi selanjutnya yang disebunyikan sebuah pot bunga.
Disana dia menemukan dua lembar catatan yang
kemudian mengarahkannya ke area hutan yang terletak beberapa mil dari tempat
itu. Sayangnya, dalam perjalanannya mengarah kesana, dia keburu diringkus oleh
polisi dan.. yah, kau tau apa yang terjadi selanjutnya. Dia harus gagal
menyelesaikan ‘misinya’ karena kepalanya meletus.
Pasca kematian Brian Wells, polisi pun segera
mengumpulkan catatan-catatan tersebut dan menganalisanya. Dalam sebuah
lembaran, tertulis dengan sangat jelas tujuan final dari misi Brian tersebut.
“Kalung bom
ini hanya bisa dilepas jika kau mengikuti setiap instruksi dari kami. Beraksi
sekarang, berpikir nanti, atau kau mati.”
Selama berjam-jam polisi menyisir seluruh area.
Melakukan perburuan berdasarkan pada catatan-catatan yang ditinggalkan brian,
berharap bahwa dengan begitu mereka bisa menemukan sosok yang bertanggung
jawab.
Sayangnya perburuan itu tidak menghasilkan
apapun. Sejauh apapun mereka mencari, para pelaku tidak pernah ditemukan.
Harusnya sih begitu, jika semisal 3 minggu
kemudian tidak ada sebuah kejadian yang menjadi titik balik pencarian polisi.
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Kasus Collar Bomb, Saat kau diberi 'Misi' Untuk Merampok"
Post a Comment