Cerita Horor By Admin
Episode 4 : Intruder
Aku pulang larut malam ini. Suasana komplek perumahanku sudah
sepi dan tidak ada orang lagi diluar karena jam sudah menunjukkan pukul 11
malam.
Memang, orang yang tinggal sendiri sepertiku tidak terlalu
memperdulikan keadaan rumah. Bahkan rumah kecilku yang berada di ujung komplek
hanya aku tempati malam hari saja.. Well,, kau tau, aku bekerja pagi sampai
malam hampir setiap hari,, Err.. kecuali hari libur tentu saja.
Aku memasuki rumah dan mengunci pintunya. Tanpa ganti baju
terlebih dahulu, aku langsung menghampiri kulkas dan mengambil sepotong kue
sisa kemarin yang aku simpan. Aku kemudian duduk di sofa dan mulai menyalakan
televisi.
‘Hah.. Melelahkan sekali’ batinku sembari memperhatikan film
box office yang ditayangkan.
Pikiranku terus berkutat dengan makan dan tontonan di
depanku. Aku tidak memperdulikan meskipun suara televisi tersebut terdengar
keras dan berpotensi mengganggu tetanggaku. Toh, Penghuni disamping rumahku
adalah nenek tua tinggal sendiri yang punya masalah pendengaran.
Aku tidak beranjak dari posisiku sampai jam menunjukkan pukul
12. Itu pun sebenarnya aku terpaksa berdiri karena aku menyadari ada seseorang
yang mencoba membobol pintu depan.
Dengan sigap, aku langsung membawa garpu ku dan berdiri. Aku
sengaja tidak memelankan televisiku agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Mengendap-endap menuju pintu depan, aku mulai bisa mendengar
orang-orang yang ada di depan mulai berbicara.
‘Duh! Kelamaan, tendang
saja!’
Aku mendengar ucapan itu disusul dengan suara hentakan keras
tatkala seseorang dari luar mendobrak pintuku. Aku langsung mematung di tempat
saat kulihat 6 orang bersenjata masuk.
‘Ah sial’ batinku. Mengetahui mereka bersenjata
dan berkelompok. Aku langsung sadar aku tidak punya kesempatan mempertahankan
diri. Itulah kenapa aku memutuskan untuk menyambut dengan sambutan orang normal
yang biasanya diucapkan disaat seperti ini.
“S-Siapa kalian?” tanyaku. Aku mengeratkan peganganku kepada
garpu yang aku pegang.
Mereka tidak menjawab. Yang aku tau, seorang berjenggot
diantara mereka mengkomandokan dua orang untuk naik ke lantai dua.
Aku mengernyitkan dahi karena aku sepenuhnya diabaikan. Dua
orang lain langsung menuju dapur. Sesekali melirikku seakan keberadaanku
sebagai pemilik rumah ini tidak penting.
Aku tentu saja langsung marah. Dengan sekali terjangan, aku
langsung menghampiri dua orang yang masih ada di depanku dan mendekap salah
satu dari mereka. Kemudian mencekiknya dari belakang,
“Siapa kalian?!” Teriakku, aku mengarahkan garpu yang aku
pegang ke leher orang yang aku ‘sandera’ yang nampaknya adalah seorang
perempuan. Kurasakan dia nampak kaget dan ketakutan.
Pria berjenggot, dia menatap rekannya dalam. Aku sendiri,
tidak mau menatap matanya. Aku memilih untuk memperhatikan shotgun yang
dipegangnya.
“Apa yang kalian inginkan di rumahku?!” Tanyaku lagi.
Perempuan yang aku sandera tidak bisa bergerak karena kekuatannya tidak
sebanding denganku. Di detik berikutnya lah aku terkaget. Pasalnya, si pria
berjenggot itu melakukan sesuatu yang tidak aku bayangkan sama sekali.
Dengan sekali gerakan. Dia mengeluarkan revolver dari saku
belakangnya. Lalu dia menyodorkan benda itu kepadaku.
Yah. Dia memberikan senapan
itu kepadaku.
Aku tentu saja heran kenapa perampok memberikan senjatanya
kepada korbannya. Sayang, perkataannya selanjutnya menjelaskan semuanya.
.
.
“.. Bersiaplah.. Zombie-Zombie itu akan segera datang dari
timur,” Ujarnya.
A-Apa?
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Seru eh critanya
ReplyDeleteTwist
ReplyDelete