19 Desember 2019. Itu adalah
kemarin.
Matahari benar-benar tanpa awan dan cuacanya
sangat cerah. Aku yang harus pergi
pagi-pagi sudah mandi sejak jam 5. Aku masih ingat paginya ibuku berpesan bahwa
aku tidak boleh pulang larut dan hati-hati di jalan.
Kota Semarang, itulah tujuanku. Berencana pergi
ke kampus untuk bertemu dengan dosenku. Ya, aku memang mahasiswa semester tua
dimana satu-satunya alasanku pergi ke kampus adalah untuk bimbingan skripsi. Merepotkan, tapi itu adalah keseharian yang
harus aku jalani untuk dapat wisuda.
Mengendarai motor matic hitamku, aku berangkat
dari rumah jam 7. Memastikan tidak ada yang tertinggal aku pun segera bergegas
karena tidak mau terkena macet. Aku masih ingat kemarin aku berkendara sembari
mendengarkan lagu Maroon 5 – Memories
dari earphoneku. Memang berkendara menggunakan earphone itu bisa dianggap
pelanggaran dalam berkendara apabila dicegat polisi. Namun aku kala itu cukup
optimis kalau razia tidak akan terjadi di hari kamis. Normalnya senin kan?
Singkat cerita, dijalan raya aku melakukan
perjalanan sembari bersenandung di dalam helmku. Awalnya aku tidak merasa aneh
dengan jalanan yang sepi terlepas ini adalah hari kerja, dan normalnya hari
kerja harusnya jam 7 adalah waktunya macet. Yang aku pikirkan saat itu adalah
bersyukur karena dengan jalanan yang sepi, aku bisa ngebut sepuasku agar dapat
sampai kampus lebih cepat.
Saat melewati sebuah pasar, motorku sedikit aku
lambatkan karena di pinggir jalan banyak sekali pengendara yang berhenti. Aku
sedikit kesusahan untuk melintas karena ternyata ada dua buah ambulans yang
terparkir tidak sempurna di antara jalan raya. Membuat para pemotor yang sedang
bergegas seperti aku harus berjalan pelan-pelan agar tidak menabrak orang
menyebrang.
Tatkala motorku sudah lebih dekat kepada tempat
ambulans terparkir, disitulah aku melihatnya. 5 Orang yang terkapar di pinggir
jalan dengan darah dimana-mana. Aku juga bisa melihat para polisi dan warga
yang sedang mencoba menahan dua orang pemuda yang sepertinya sedang mengamuk.
Kala itu, aku tidak berprasangka apapun karena memang terlihat dari situasinya,
sudah ada beberapa polisi yang mengamankan. Aku hanya berpikir kalau mungkin
terjadi kerusuhan yang entah apa dan dengan sangat disayangkan, 5 korban
terbunuh begitu saja.
Karena tidak mau terlibat dan tidak tahan juga
dengan darah. Aku pun memutuskan untuk melanjutkan perjalananku setelah
berhasil mengeluarkan motorku dari kerumunan.
20 Desember
2019, Itu adalah
hari ini.
Kemarin, kampus benar-benar kacau! Orang-orang
saling makan satu sama lain. Aku tidak tau apa yang terjadi hingga aku melihat
berita di sosial media tadi malam. Ini
adalah wabah virus!
Bayangkan kemarin aku sedang bimbingan dengan
dosenku diruangannya, membahas soal Bab IV
ku yang butuh revisi, dan tiba-tiba dari lorong orang-orang mulai berteriak dan
mulai berlarian kesana kemari. Temanku Rio lah yang paling keras. Dia
berteriak-teriak “Kanibal! Kanibal!” sembari menunjuk-nunjuk jendela di lorong.
Aku tidak terlalu ingat kejadian setelahnya, yang
aku tau beberapa dosen memutuskan untuk keluar gedung dan mengecek. Dan
semenjak saat itu mereka tidak kembali lagi.
Siang harinya, keadaan semakin kacau. Aku dan 4
orang mahasiswa bersama seorang dekan dan dua orang dosen memutuskan untuk
mengunci ruangan dekanat. Alasannya adalah karena belasan orang menaiki tangga
ke lantai ini dan mulai mengigit orang-orang.
60 Menit. Itulah waktu yang kami jalani sembari mendengarkan teriakan orang-orang diluar hingga semuanya benar-benar sepi. Yang tersisa hanya geraman mirip hewan yang terkadang melintas di depan pintu.
60 Menit. Itulah waktu yang kami jalani sembari mendengarkan teriakan orang-orang diluar hingga semuanya benar-benar sepi. Yang tersisa hanya geraman mirip hewan yang terkadang melintas di depan pintu.
60 Menit itu kami habiskan berdebat di dalam
ruangan karena salah satu temanku Erik, dia bilang bahwa kita harus membuka
pintu dan membiarkan orang lain masuk untuk berlindung. Namun sayangnya temanku
yang lain, Alfian mengatakan bahwa dia melihat dengan mata kepalanya sendiri
kalau orang-orang diluar adalah kanibal. Dia terus meracu tentang beberapa
status teman-temanya di sosial media tadi pagi tentang video orang digigit oleh
kanibal trus mati dan kemudian hidup lagi. Astaga! Pokoknya aku sudah tidak
paham sama sekali!
Ditengahi oleh Dekanku. Mengabaikan nurani kami
sebagai manusia, kami pada akhirnya tetap tidak membukakan pintu kepada
orang-orang diluar.
Malam harinya, kami menginap di ruang dekanat sembari
menonton berita via streaming. Ditemani geraman orang-orang di lorong dan
sesekali terdengar teriakan dari kejauhan. Kami benar-benar tidak bisa tidur
bahkan sampai hari beganti karena dihantui oleh berita yang kami tonton
semalaman.
Ya! Hari ini indonesia berdarah. Sebuah virus
mematikan menjangkit seluruh daerah.
Aku tidak tau apa langkah pemerintah untuk
menanggulanginya. Yang jelas, aku ingin pulang kerumah! Dan memastikan ibuku
baik-baik saja.
Semarang 20 Desember 2019
Hamsa –
Mahasiswa, 22 Tahun.
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Survivor Lost Notes #001 - Catatan Hamsa"
Post a Comment